Jumat, 29 Oktober 2010

Budaya Demokrasi

BUDAYA DEMOKRASI PENGERTIAN berasal dari kata budi (akal) dan daya (kemampuan) yang berarti kemampuan akal manusia. Jadi budaya demokrasi adalah kemampuan manusia yang berupa sikap dan kegiatan mengharagai persamaan, kebebasan dan peraturan Sedang demokrasi berasal dari DEMOS dan KRATOS artinya RAKYAT DAN PEMERINTAHAN (http://www.slideshare.net/faisalbk/budaya-demokrasi-2).
        




Saat ini negara kita tercinta Negara Kesatuan Republik Indonesia mengadopsi demokrasi dari negara-negara liberal yang bertentangan dengan dasar negara kita yang ingin mensejahterakan dan memberikan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Selain itu budaya bangsa yang mengutamakan musyawarah untuk mufakat semakin pudar dengan budaya pemilihan langsung.

Sistem Pileg dan Pilpres merupakan cara yang kurang baik untuk diterapkan karena kurang menghargai orang yang memiliki hati nurani dan orang pandai cendekiawan. Kenapa seseorang yang peduli dengan nasib bangsa ini diberi hak satu suara yang sama dengan orang yang ingin mengkhianati bangsa ini? Kenapa ulama agama suaranya sama dengan penjahat, pelacur berdasi atau pelacur biasa? Kenapa orang yang cerdas diberi suara yang sama dengan orang bodoh yang mudah dipengaruhi orang?
Apa jadinya bangsa kita jika sebagian besar rakyatnya adalah orang yang tidak peduli (tukang golput), penjahat, pengkhianat bangsa dan orang bodoh? Pasti hasil dari demokrasi ini adalah kehancuran bangsa dan negara. Maka dari itu perlu dibuat suatu sistem baru yang mencerminkan demokrasi indonesia yang memiliki ciri khas yang sesuai dengan dasar dan budaya luhur negara kita demi tercapainya cita-cita negara kita. 
Demokrasi sangatlah dibutuhkan bagi rakyat, karena tanpa adanya demokrasi rakyat akan berselisih paham antar pendapat. untuk menyelesaikan suatu masalah sangatlah di butuhkan demokrasi untuk terciptanya suatu penyelesaian yang baik. makadari itu rakyat yang tidak memiliki rasa demokrasi adalah rakyat yang tidak peduli akan sekitarnya. terlihat dari pemerintahan negara kita, di negara kita yang menganut sistem demokrasi saja sudah berjalan tetapi untuk pencapaiannya belum tercapai sampai sekarang ini. seringnya demonstrasi ataupun ribut antar golongan, ras dan sebagainya sangat terlihat. sebagai rakyat Indonesia haruslah memiliki rasa demokrasi, dari yang terkecil di lingkungan keluaraga haruslah dibiasakan budaya demokrasi lalu di lingkungan sekitar dan yang sangat menentukan perdamaian di negara ini ialah bagaimana rakyat Indonesia dapat menyeleksi ataupun memilih wakil rakyat yang tepat tanpa adanya golput.






Senin, 11 Oktober 2010

Tradisi sungkeman

 
Sungkeman adalah istilah yang sudah sangat populer khususnya bagi orang Jawa dan umumnya bagi masyarakat Indonesia . Istilah ini telah ada sejak zaman nenek moyang dulu. Orang Jawa menggunakan istilah ini untuk menggambarkan suatu aktivitas ritual keagamaan, khususnya bagi yang beragama Islam.
Aktivitas sungkeman ini terjadi satu tahun sekali dan diadakan secara serempak di seluruh penjuru tanah air. Tepatnya tanggal 1 bulan Syawal dalam kalender Islam atau yang sering disebut dengan tahun Hijriyah. Tanggal 1 Syawal adalah hari besar Islam atau sering pula disebut dengan hari raya ‘Idul Fitri. Yaitu, perayaan yang diselenggarakan setelah seluruh umat Islam di seluruh dunia menjalankan rukun Islam yang ke empat, yakni puasa Ramadhan.   
Acara sungkeman sendiri dilakukan setelah menjalankan shalat sunat ‘Idul Fitri berjama’ah. Shalat ‘Idul Fitri ini dilaksanakan tepat pada waktu dhuha, yaitu saat matahari naik ke atas setinggi sekitar satu tombak atau jika dalam waktu normal biasanya sekitar jam 07.30 WIB. Setelah selesai shalat ‘Idul Fitri, orang yang lebih muda berkunjung ke rumahnya orang yang dianggap lebih tua dari dirinya, baik dari segi umur ataupun kedudukannya di masyarakat. Dalam proses berkunjung itu, orang yang lebih muda menyatakan permohonan maafnya baik yang disengaja maupun yang tidak seraya bersimpuh dan berjabatan tangan kepada yang lebih tua. Untuk kemudian orang yang dianggap lebih tua dengan kebesaran hatinya mengabulkan permohonan maaf itu.
tetapi apakah di zaman globalisasi sekarang tradisi sungkeman itu masih menjadi suatu yang penting?
Di zaman sekarang yang dikenal dengan zaman moderen yang hampir semua kegiatan mengarah atau mencontoh dengan kebudayaan barat, tradisi timur yang sejak dulu sudah ditanamkan atau di lakukan oleh para sesepuh sudah hampir ditinggalkan.  ini terlihat dimana anak muda sekarang tidak lagi mementikan dengan tradisi sungkeman.  mereka berpendapat bahwa tradisi sungkeman itu sudak kuno, seharusnya kita berterimakasih kepada sesepuh yang telah beliau-beliau telah mengajari kita dimana kita harus menghormati dan menghargai orang tua kita atau semua orang yang lebih tua dari kita.  dan sungkeman juga mengajarkan agar kita tidak sombong dengan apa yang kita miliki. menurut pendapat saya janganlah kita tinggalkan tradisi sungkeman itu karena sungkeman juga dapat menjadi doa restu orang tua kepada anaknya  dan bagi mereka yang orang tuanya masih hidup ,sungkemlah dengan tulus kepada beliau beliau,rawatlah mereka karena doa mereka akan membuat anda menjadi hamba yang dikasihi Allah.sedang bagi mereka yang orang tuanya telah wafat berziarahlah ke makam dan bacakanlah doa dengan ikhlas.